Selasa, 03 April 2012

Artikel Gizi Buruk Pada Anak

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan ditemukannya pasien–pasien yang masuk ke      rumah sakit dalam kondisi status Gizi Buruk. Umumnya pasien–pasien tersebut adalah balita. Dengan ditemukannya pasien–pasien dengan status Gizi Buruk, berarti kondisi di daerah asal pasien dinyatakan sedang mengalami KLB ( Kejadian Luar Biasa ).
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dihimbau agar lebih memperhatikan keadaan Gizi dalam keluarganya.

Mengapa kita perlu memperhatikan keadaan Gizi kita?  Seberapa pentingkah faktor Gizi  dalam kehidupan kita ?

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.

Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat Gizi Buruk ?

Berbagai masalah yang timbul akibat Gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) Hal ini disebabkan, jika Ibu hamil menderita kurang Energi Protein akan  berpengaruh pada gangguan fisik,  mental dan kecerdasan anak, dan juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak.


Secara umum gizi buruk pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah. Dilain pihak anak gizi buruk rentan terhadap penyakit karena menurunnya daya tahan tubuh.

FAKTOR PENYEBAB GIZI BURUK

1.  Penyebab tak  langsung

Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker.

2.  Penyebab langsung

Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.

Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.
BAGAIMANA GEJALA DAN TANDA GIZI BURUK
Ada 3 macam tipe Gizi buruk, yaitu :

1. Tipe Kwashiorkor, dengan  tanda-tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
    * Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
    * Perubahan Status mental
    * Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut  tanpa rasa sakit, rontok
    * Wajah membulat dan sembab
    * Pandangan mata sayu
    * Pembesaran hati
    * Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

2.  Tipe Marasmus, dengan tanda-tanda dan gejala sebagai berikut:

    * Tampak sangat kurus
    * Wajah seperti orang tua
    * Cengeng, rewel
    * Kulit keriput
    * Perut cekung

3. Tipe, Marasmik-Kwashiorkor

Merupakan gabungan beberapa gejala klinik Kwashiorkor – Marasmus

Penyakit Penyerta / Penyulit pada Anak Gizi Buruk

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:

    * ISPA
    * Diare persisten
    * Cacingan
    * Tuberkulosis
    * Malaria
    * HIV / AIDS
Bagaimana penanganan anak dengan kasus Gizi buruk?
Pemberian makanan secara teratur, bertahap,  porsi kecil, sering dan mudah diserap

Makan aneka ragam makanan, beri ASI, makanan mengandung minyak, santan dan lemak, berikan buah-buahan.
Bagaimana cara mengatasi masalah Gizi ?
    * Lingkungan harus disehatkan misalnya dengan mengupayakan pekarangan rumah menjadi taman gizi
    * Perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS).

PHBS Bidang Gizi yang harus diperhatikan adalah:
    * Makan dengan Gizi seimbang
    * Minum tablet besi selama hamil
    * Memberi bayi ASI eksklusif
    * Mengkonsumsi garam beryodium
    * Memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.

Pemecahan masalah Gizi.
Masalah Gizi buruk, tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi Buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab. Seperti rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara komprehensip.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat  (PHBS)

PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) dapat merupakan titik pangkal bagi terciptanya lingkungan sehat dan hilangnya pengganggu kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya kedua hal tersebut diupayakan melalui perilaku manusia. Lingkungan akan menjadi sehat, jika manusia mau berperilaku hidup bersih dan sehat.  Pengganggu kesehatan juga akan dihilangkan jika manusia mau berperilaku untuk mengupayakannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penyebab utama timbulnya masalah-masalah Gizi dalam bidang kesehatan adalah masalah perilaku. Misalnya untuk mencegah terjadinya kekurangan Protein pada balita, maka perilaku ibu dalam memberi makan balitanya harus diubah, sehingga menjadi pola makan dengan gizi seimbang. Perilaku keluarga dalam memanfaatkan pekarangan juga harus diubah, sehingga pekarangan menjadi taman gizi.
Strategi Departemen Kesehatan untuk penanganan Gizi Buruk
    * Menggerakan dan memberdayakan Masyarakat untuk hidup Sehat
    * Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
    * Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
    * Meningkatkan pembiayaan kesehatan

# ANAK GIZI BURUK HARUS DI PERLAKUKAN KHUSUS #

Anak yang megalami gizi buruk bukan berarti harus lansung dikasih makan banyak, tetapi diperlukan perlakuan khusus di dalam pemulihan kesehatannya. Hal ini dilakukan guna menjaga lambungnya agar tetap sehat.
"Anak gizi buruk atau kurang gizi, tidak bisa dikasih makan sembarangan, misalnya langsung diberi makan atau minum susu banyak terus anak tersebut bisa sehat lagi tapi ada perlakuan khusus yang dlberikan,"kata Ida Ruslita Amir SKM dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).

Lebih lanjut Ida mencontohkan anak kurang gizi harus di cek kesehatannya secara bertahap dan makan yang masuk ke perutnya pun harus merupakan makanan tertentu, harus diperhatikan komposisi gizlnya dan tidak boleh yang keras dan tidak boleh minum susu. Sebab jika langsung dikasih makan banyak bisa merusak lambung sl anak.

Setelah melalui terapi, berat anak kembali normal baru boleh makan seperti biasa, boleh makan buah dan ditambah minum susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh. DI Indonesia sendiri menurutnya masih ada beberapa daerah ditemukan gizi buruk atau kurang gizi. Namun tidak semua keluarga anaknya mempunyai gizi buruk dikarenakan hal finansial, tapi lebih mengarah pada pola hidup keluarga yang tidak sehat.

"DI perkampungan banyak keluarga yang sejahtera punya barang-barang elektronik, tapi anaknya gizi buruk. Jadi kalau ada uang mengutamakan bell TV daripada bell makanan bergizi dan gaya hidup seperti Ini yang harus diubah.Jelas Ida.

Sedangkan Frisian Flag Indonesia sendiri dalam upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya makanan bergizi dan sehatnya minum susu, melakukan kampanye di 50 titik di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur sejak Oktober s/d 9 Januari 2010 mendatang.

"Kampanye ini merupakan wujud kepedulian FFI SKM Bendera dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dengan kembali mengedukasi masyarakat akan pentingnya konsumsi susu sebagai salah satu sumber energi dalam menjalankan kegiatan sehari-hari,"Jelas Hendro H Peodjono Human Resource and Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia,


# POLA MAKAN SEHAT CEGAH GIZI BURUK PADA ANAK #

KASUS anak gizi buruk sebenarnya bisa diantisipasi dengan menerapkan pola makan sehat kepada anak. Makanan sehat dan bergizi tidak berarti harus mahal. Sejatinya, dibutuhkan keseriusan dari kedua orangtua untuk mengatur jadwal makan anak dan memberikan asupan gizi cukup melalui sumber protein yang murah.

Anak gizi buruk, atau dalam istilah kedokteran disebut mallnutrition, masih ditemukan di Lampung. Seminggu yang lalu, tiga anak gizi buruk di rawat di rumah sakit daerah, yaitu Dimas (2,5) dari Lampung Timur; Gilang Saputra (8 bulan) dari Tanggamus; dan Sarmilah (2 bulan) dari Lampung Utara.

Penyebab utama kasus anak gizi buruk ini adalah persoalan ekonomi. Pekerjaan orang tua sebagai buruh bangunan, tukang becak, atau pekerja serabutan menyebabkan orang tua tidak mampu membeli makan tambahan yang bergizi. Lebih parah lagi, orang tua tidak sempat lagi memperhatikan pola makan anak-anaknya. Pola makan buruk yang terbentuk sejak dini akan berdampak kepada kekurangan gizi di tubuh anak. Dalam kondisi yang cukup parah, anak-anak kurang gizi ini sangat mudah diserang penyakit. Daya tahan tubuh yang lemah dan berbagai komplikasi penyakit akut menyebabkan anak-anak tidak mampu bertahan melawan penyakit yang bersarang di tubuhnya.

Satu-satunya cara mengantisipasi kasus gizi buruk pada anak adalah dengan memberikan asupan gizi cukup, dan mengatur pola makan sehat pada anak. Dengan begitu, daya tahan tubuh anak kuat dan mampu melawan virus, kuman atau bakteri penyakit yang menyerang tubuhnya.

Eko Dwi Martini DCN, ahli gizi RSU dr. Soetomo, Surabaya, mengatakan beberapa sumber protein murah adalah tempe, telur, dan kacang-kacangan.

Selain tempe/tahu dan telur, alternatif lain untuk mencukupi kebutuhan protein, ada bahan pengganti tempe yang ringan di kantong. Protein nabati tempe bisa digantikan oleh kacang-kacangan. Baik kacang merah, kacang tolo, kacang koro, kacang tanah, maupun kacang hijau. Kandungan protein kacang-kacangan tersebut tidak jauh beda dengan tempe atau kedelai. Bahkan, sebagian lebih tinggi. “Kandungan kalori dan protein kacang tolo lebih tinggi daripada tempe,” ujarnya. Kacang tanah bisa dimanfaatkan menjadi oncom atau tempe menjes. Selain dalam bentuk lauk-pauk itu, sumber protein nabati dalam bentuk sayuran bisa ditemukan pada buncis, kacang panjang, dan kacang-kacangan lainnya.

Kacang hijau lebih sering diolah menjadi kolak kacang hijau. Protein nabati bisa diolah dan dikonsumsi dalam bentuk apa pun, bisa sebagai pengganti lauk-pauk atau cemilan, seperti kolak, yang penting kebutuhan protein sehari-hari terpenuhi.

Bagi anak-anak, protein merupakan asupan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otaknya. Protein berfungsi membentuk jaringan tubuh, membentuk sel darah, membentuk hormon, enzim, dan antibodi. Selain itu, protein juga menjadi sumber tenaga.

Nah, selain masalah kemiskinan, pola makan yang buruk juga menjadi salah satu faktor pemicu kasus gizi buruk pada anak. Ketika kedua orang tua sibuk bekerja, semua urusan anak diserahkan kepada pembantu. Jika tidak hati-hati mengawasi pola makan anak, anak bisa kekurangan gizi atau kelebihan gizi (obesitas) yang buruk bagi kesehatannya.

Staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Mayke Tedjasputra, mengatakan anak belajar dengan mengadopsi segala sesuatu yang dilihat dan didengar, terutama mencontoh orang terdekat mereka, yaitu kedua orang tuanya. Untuk itu, orang tua adalah model bagi anak-anak, termasuk dalam membentuk pola makan anak. Menurut dia, bila orang tua cenderung memilih makanan, akan menurun pada anak. Orang tua yang terbiasa memakan sayuran dan buah serta tidak pilih-pilih makanan, hal ini juga akan ditiru oleh anaknya.

Untuk mempelajari berbagai tekstur dan rasa makanan, tidak jarang anak-anak ingin merasakan makanan yang dimakan oleh orang tuanya. Memperkenalkan makanan sehat dan bergizi dapat dilakukan sejak anak usia balita. Lalu, ketika anak memasuki usia sekolah, maka pengertian mengenai makanan sehat dan bergizi dapat didialogkan dengan anak.

Trik lain yang bisa dicoba adalah dengan menyembunyikan sayuran dalam makanan favorit anak. Misalnya wortel dalam nasi goreng, atau jus buah yang diblender bersama wortel. Berikan anak makan sesuai kapasitas perut anak. Jangan terlalu memaksakan kehendak dengan memberi porsi lebih. Biasakan si kecil menaati jam makan agar perutnya terlatih. Dengan sendirinya ia akan minta makan ketika perutnya lapar. Waktu makan pun memengaruhi selera si kecil. Misalnya, tidak memberi makan saat ia baru saja minum susu atau makan yang manis-manis.


# KEBIASAAN JAJAN PADA ANAK PICU GIZI BURUK #

Salah satu hal yang paling digemari anak kecil adalah mengudap. Sepertinya para pedagang selalu menemukan cara baru untuk menciptakan makanan dan minuman dengan berbagai warna dan rasa. Dari sekian banyak jajanan yang tersedia di sekitar sekolah atau rumah, tak sedikit yang bisa membuatnya menderita gizi buruk. Penting bagi para orangtua untuk mau turun tangan mengatasi masalah ini.

Jajan atau penganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang merupakan suatu hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Bagi anak, kegiatan jajan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Kadang kala jajan untuk anak merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap orangtua, atau sebagai "lambang pergaulan" bersama teman-teman sebayanya, atau untuk "membeli" pertemanan.

Padahal, kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh terhadap gizi buruk. Karena ini berarti si kecil memiliki kekuasaan untuk memutuskan apa yang ingin ia makan. Padahal, apa yang ingin ia makan tidak selalu bagus untuk tubuhnya. Survei Badan Pengawas Obat dan Makanan pada 4.500 sekolah di Indonesia selama 2007 membuktikan bahwa 45 persen jajanan anak tercemar bahaya pangan mikrobiologis dan kimia. Bahaya utama berasal dari cemaran fisik, mikrobiologi, dan kimia seperti pewarna tekstil. Jenis jajanan berbahaya ini termasuk makanan utama, makanan ringan, dan minuman.


Diterangkan oleh Dra Mayke S Tedjasaputra, Psikolog dan Play Therapist, pada diskusi yang dilakukan di Melt Restaurant, Sudirman, Jakarta, Rabu (6/05), bahwa setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing. Beda anak, beda karakteristik. Sehingga, bagaimana jajan menjadi pola kebiasaan buruk anak adalah akibat orang-orang yang ada di sekitarnya juga. Misalnya, tetangga yang mengajak Si Kecil jajan, teman-teman di sekolah (termasuk juga kantin dan penjual yang ada di sekitarnya), iklan yang sangat persuasif di sela-sela tontonan anak, juga pola makan keluarga (orangtua adalah role model anak). Namun yang terutama adalah faktor kelekatan anak kepada orangtuanya (termasuk kepatuhan).

1 komentar:

  1. Sebagai tambahan informasi bisa baca di link berikut ini : http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2576/1/232.pdf

    BalasHapus