Blackberry Smartphone. Pasti teman-teman sekalian sudah tahu benda apa itu. LAngsung aja yah, seperti namanya, Blackberry adalah telepon yang pintar. Selain
digunakan dalam dunia bisnis, Blackberry juga sering digunakan oleh
muda-mudi dalam pergaulan. Hal ini memang merupakan awal tujuan
semula diciptakannya Blackberry dan menimbulkan banyak perdebatan
terutama antara kalangan sosialis versus kapitalis.
Para sosialis mengatakan
bahwa penggunaan Blackberry adalah perilaku konsumtif, banyak orang yang
tidak rasional dengan membeli Blackberry secara kredit dan menahan nafas dalam pelunasannya hanya untuk gaya-gayaan doang, to impress people who
hate them. Aneh? Memang. Belum lagi masalah nilai moral dan gaya hidup
yang bergeser seperti “Anak SD udah dikasih HP, anak SMP udah dikasih
BB, mau jadi apa bangsa Indonesia 10 tahun lagi? Anak SMA juga masih
netek ibunya gayanya udah selangit, petentengan di mol bawa-bawa BB.”
(Believe me, they have their reasons saying that.)
Di sisi lain, para
kapitalis berpendapat bahwa penggunaan Blackberry sah-sah saja. Apabila
dihitung secara matematis, ketika komunitas Anda ber-Blackberry semua,
dengan menggunakan Blackberry pengeluaran per bulan Anda untuk pulsa
akan jauh lebih murah karena pulsa sudah menjadi fixed cost yaitu pulsa
untuk berlangganan Blackberry Intenet Service. Dulu, pulsa menjadi
variable cost karena orang butuh menelepon. Sekarang, dengan
messenger-messenger yang aktif menggunakan Blackberry, secara umum orang
tidak butuh menelepon lagi karena sudah bisa berkomunikasi menggunakan
messenger-messenger itu. (Konteks: muda-mudi.)
Enough big talk of
idealism, perdebatan di atas tidak akan pernah selesai karena mereka
membahas dari sudut pandang yang berbeda. Jadi sekarang kita kembali ke
judul dan membahas efek riil Blackberry dalam kehidupan kita.
Chorus
Kecerdasan Blackberry si
telepon yang pintar adalah pedang bermata dua. Dalam post ini akan
dibahas dulu mata pedang yang pertama: the good thing. Mata pedang yang
kedua: the bad thing, akan dibahas pada post berikutnya.
The good thing about
Blackberry adalah Blacberry amat sangat memudahkan manusia untuk
berkomunikasi. Semua jalan kita untuk menghubungi dan dihubungi
rekan-rekan: ON. Telepon, SMS, e-mail, Facebook, Twitter, para messenger
(YM, MSN, Google Talk, dan masih banyak lagi), dan tentu saja,
Blackberry Messenger. Dan fitur “PUSH” yang menjadi ultimate feature
Blackberry adalah surga—saya mendoakan siapapun penemunya agar dia masuk
surga.
Contoh PUSH: langsung ada
notification ketika ada email masuk, dan bisa langsung dibuka dan
direspon atau dihapus. Langsung ada notification di Blackberry ketika
ada mention di Twitter. Notification Facebook pun di-PUSH ke Blackberry
kita. Nyaman sekali T.T Semudah menerima dan membalas sms.
Bandingkan dengan tidak
memakai Blackberry. (Sama sekali gak ada maksud buat ngatain lho, ini
cuma membandingkan tingkat kenyamanan saja.) Buat liat ada e-mail masuk
apa enggak harus buka email-nya: yahoo.com, gmail, dll. Buat liat ada
notification Facebook/Twitter apa enggak harus masuk ke facebook.com dan
twitter.com atau pake TweetDeck atau Snaptu.com dan lain-lain.
Mungkin kedengarannya,
“Ah, Facebook, Twitter, apa pentingnya sih?” Jujur saya sendiri pernah
merasa demikian melihat gemparnya promosi “bisa mainan Facebook dan
Twitter” oleh telepon-telepon seluler buatan China. Saya pikir, “Oh
berarti memang target market mereka adalah orang-orang yang desperate
pengen ngeksis di dunia maya.” Kemudian saya menghadapi laptop saya hari
ini, memuja-muji Blackberry dengan fitur push push push termasuk
“push-Facebook” dan “push-Twitter”-nya, seolah-olah itu penting.
Ternyata itu memang penting!
Dalam hubungan percintaan,
hal-hal tersebut di atas sangat bermanfaat bagi para pasangan, baik
yang sudah jadian maupun yang sedang dalam tahap pendekatan, yang sedang
terpisah oleh jarak dan waktu. Sharing jadi sangat mudah dan nyaman
untuk dilakukan, sehingga walau jauh di mata, tetap dekat di hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar