Jumat, 02 Maret 2012

Saat Kesucian Cinta Ternodai

Ketika Kesucian Cinta Dinodai

Memiliki cinta membuat hidup lebih bermakna. Namun jika cinta berkalang noda, maka zina, selingkuh dan seks bebas menjadi hal biasa. Nasab anak menjadi tak jelas, tatanan masyarakatpun akan rusak.
Gadis P hamil dan melahirkan anak diluar nikah. Ia menuntut seorang aktor ganteng A agar bertanggungjawab dan mengakui anaknya. A bersikukuh menolak. Ada pula perseteruan laki-laki paruh baya H dengan gadis muda D. Berbekal bukti si lelaki mengaku diri sebagai bapak si gadis, namun sigadis dan ibunya menolak mentah-mentah. Lalu ada juga gadis S yang bayinya diperebutkan dua orang laki-laki yang sama-sama mengaku sebagai bapak sibayi. Lain pula cerita gadis Z yang kehamilannya menjadi misterius karena tak mau bicara siapa yang telah menghamilinya. Kasus-kasus diatas semuanya menjadi santapan public dalam kemasan infotaiment, sebagian bahkan berbuntut perseteruan hukum.
Selain contoh diatas masih banyak lagi kasus lain dengan muara sama: cinta berkalang noda, nafsu berkedok cinta. Ada apa dibalik fenomena seks bebas yang tak indahkan norma dan susila ini? Apa jadinya dengan tatanan masyarakat kita jika nasab seorang menjadi makin tak jelas: aku ini anak siapa, siapa bapakku, dia ayah atau kakekku, mengapa laki-laki yang kupanggil abang itu ternyata ayahku? Mengapa manusia makin tak takut dosa dan tak kenal malu: berzina kemudian mempublikasikannya dengan ringan?
Seks: komoditi global
Menurut Sosiolog Imam B Prasodjo. Fenomena seks bebas tidak dapat dilepaskan dari konteks kapitalisme global yang kini melanda semua orang. Kapitalisme ini, kata Imam, bukan sekedar bagaimana meluaskan pasar tapi yang utama adalah bagaimana menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dari beragam komoditi yang laik dijual, seringkali sambil menabrak segala etika dan norma. Salah satunya komoditi hiburan yang memasukkan seks sebagai ragam dagangannya. Sebagai barang dagangan kata Imam, seks mengikuti prinsip dagang yaitu harus bisa dipasarkan , harus bisa dikemas dalam beragam cara.
Kecanggihan teknologi, berupa rekaman suara dan gambar, dikirim via internet atau dicetak dalam bentuk majalah, ujar Imam, membuat orang melihat seks sebagai hubungan laki-laki dan perempuan yang tadinya bersifat pribadi, menjadi mengemuka dan bisa dipertontonkan kapan saja oleh siapa saja. “Orang suka atau tidak seringkali dipaksa untuk melihat. Orang yang tadinya tidak mau melihat, dipaksa melihat karena sudah dipaparkan di tv yang datangnya tidak perlu ketok pintu. Atau ada pengirim gelap yang menyodori foto-foto melalui internet tanpa diminta,” papar Imam,,,,,,,
Akibatnya terjadilah transformasi yang luar biasa dalam cara pandang manusia. Jika selama ini seks dilihat sebagai hubungan intim yang sangat pribadi dan sacral -karena itu harus melalui transaksi ijab qabul yang suci- maka transaksi perdagangan yang tidak mengenal etika ini membuat seks menjadi barang public yang tidak perlu dibungkus dengan tabir kesucian.!!!!
Apa penyebab fenomena seks bebas ini? Benarkah karena degradasi moral? Menurut aktivis organisasi Pusat Studi hubungan Antar Kelompok dan Penyelesaian Konflik FISIP UI ini , penyebab utama adalah kapitalisme global tadi, sementara kemerosotan moral sekedar akibat dari proses transformasi. Kata dia jika tidak ada system perdagangan yang mengurita ini, mungkin pelanggaran atau perdagangan seks tidak akan cepat dan mudah menyebar. “Paling masuk ke tempat-tempat border saja. Tidak seperti sekarang, apa yang terjadi ditemapt pelacuran itu direkamdan disebarkan. Semua orang bisa nonton”.
Faktor kedua terkait dengan kreatifitas masyarakat, ujarnya. Jika bangsa ini memiliki kreativitas tinggi dalam hal pengembangan kecerdasan IQ, kecerdasan emosional dan kecerdasan relijius, maka akan muncullah temuan-temuan baru dibidang tersebut. Misalnya muncul film-film yang mengasah kepekaan hati sehingga orang bisa menangis dan peduli pada masyarakat. Atau munculnya kreativitas relijusitas semisal gerakan tasawuf yang mendorong orang lebih dekat pada Penciptanya.
Sayangnya, dalam padndangan Imam, yang muncul di Indonesia adalah kecerdasan seksual yang mengemas naluri hewani dan dijadikan kreativitas dalam memperdagangakan seks. Maka kata Imam muncullah Inul yang di apresiasi banyak orang karena dia mampu melakukan temuan baru yang membuat orang terhibur. Selain itu, muncul pula kecerdasan dalam mengumbar nafsu kekerasaan dan kecerdasaan dalam memperdagangkan ketakutan melalui kreativitas tayangan misteri dan klenik.....
Lalu mengapa jenis hiburan dan kenikmatan negative ini laku dipasaran? Kata Imam, peradabaan kita memang sedang mengarah ke jalur kiri (negatif) karena kita tengah kehilangan orientasi. Kondidi ini diperparah karena kurang penyeibangnya. “Kalau di Amerika, misalnya pengimbangannya jauh lebih kuat. Di kampus-kampus perpustakaan dan segala macam riset center muncul. Di tengah blue film, ada film bermutu yang diberi penghargaan. Di tengah-tengah buku sampah banyak buku yang bermutu. Jadi ada alternatif”. Sementara di Indonesia, sesalnya, alternatif kepada ahlak yang baik itu sedikit dan tidak dikemas dalam kemasan yang lebih bersaing, sehingga penyeimbang lemah. Kalaupun ada perlawanan untuk mengcounter, lebih banyak bersifat emosional bukan kreatifitas.
Menurut psikolog alumnus Unpad, Bandung, Dra Sarwi Astuti, Psi, jika norma masyarakat sudah mengangap seks bebas sebagai hal biasa, dampaknya akan buruk, terutama terhadap anak-anak. Aakan terjadi benturan antara norma-norma dirumah dengan norma di masyarakat. Ia mencontohkan seorang anak perempuan yang gemar mengoleksi kondom, padahal ia masih SMP dan ibunya orang terhormat. Mengapa sia anak berprilaku bebas? Ternyata dia memiliki nilai yang ngaco karena melihat ibunya yang berprilaku amburadul namun tetap di hormati masyarakat.
Krisis Keimanan
Menurut DR Ahmad Satori, dosen pasca sarjana UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta, perilaku seks bebas telah menenpatkan manusia menjadi mahluk yang hina. Padahal melalui ajaran Islam, Allah menghendaki supaya manusia menjadi mahluk yang bersih dan mulia. Diantara kemuliannya adalah anugerah hidayah akal, panca indera, intuisi dan agama yang didalamnya mengatur masalah nasab (garis keturunan).
Sehingga kata dia, pernikahanpun diatur secara rapi supaya tidak campur aduk antara nasabnya si a dan si B. mengapa Islam mengatur hal itu? “Asalnya adalah untuk menghormati manusia agar menyalurkan kebutuhan biologisnya secara bersih. Ketika orang tidak memperhatikan masalah ini, karena godaan syetan, karena budaya bara, tidak mau tanggung jawab, maka muncullah seks bebas yang kayak binatang. Pergaulan seperti itu, kata Satori terjadi dalam masyarakat permisif yang tidak memiliki harga diri karena di landa krisis keimanan. Saking permisifnya, banyak pelaku dosa yang tidak malu bahkan merasa biasa-biasa saja melakukan dosa secara terang-terangan.
Karena itu, Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia ini mengingatkan masyarakat agar tidak mengumbar perilaku dosa dengan terang-terangan mengaku di tv, misalnya. Katanya dosa seperti itu sulit diampuni Allah karena dengan membeberkannya berarti ia telah menunjuk orang lain sebagai saksi. “Jika ia masuk surga, apa nanti mereka yang pernah mendengar atau melihat dia melakukan dosa, tidak protes dan demo?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar